02 Desember 2008

Estetika Baturaden

Suatu maha karya Illahi yang terletak di daerah Purwokerto, Pancuran tujuh menghadirkan sebuah nuansa alam yang seimbang, selaras, dan dalam keragaman yang tak terbatas. Rimbun pepohonan tampak hijau dan segar tersamar oleh uap air panas yang terdapat pada Pancuran tujuh. Warna yang beragam juga terlihat pada unsur-unsur yang terdapat di dalamnya (pancuran tujuh), seperti tanah yang berwarna kekuningan akibat belerang yang terbawa oleh sumber air panas yang mengalir. Pegunungan yang tampak pun terlihat memiliki suatu ‘nyawa’ yang saling terikat diantara unsur-unsur pembentuk yang ada. Selain indah, Pancuran tujuh juga menawarkan kenyamanan berupa kebisingan alam yang sangat bertolak belakang dengan kebisingan kota yang terlalu banyak terkena campur tangan manusia. Kebisingan yang memberikan ketenangan ini mampu membuat suasana hati lebih ‘semeleh’. Lebih daripada itu, disini juga bisa didapatkan suatu pengobatan atau perawatan, serta peremajaan kulit dengan berendam di dalam kolam pemandian air panasnya. Meskipun banyak hal yang ditawarkan oleh objek wisata Baturaden pada umumnya, dan Pancuran tujuh pada khususnya, ada beberapa hal yang perlu disesalkan. Salah satu contoh adalah kurang terawatnya objek wisata tersebut dalam hal sarana operasionalnya, seperti: jalanannya, kebersihannya, dan masih banyak hal lainnya. Pada awalnya Baturaden/Pancuran tujuh merupakan objek wisata yang banyak diminati, meskipun jarak yang perlu ditempuh lumayan jauh. Namun belakangan ini mulai terlihat, bahwa objek wisata tersebut mulai tampak terbengkalai. Ini semua dikarenakan kurang pedulinya masyarakat yang ada terhadap karya agung yang telah diciptakan-Nya. Seharusnya kita, sebagai manusia, harus turut menjaga apa yang telah tercipta sampai titik darah penghabisan, jangan hanya mau bertindak ketika dapat untung saja, itu sama saja seperti pepatah “habis manis, sepah dibuang”. Jika memang ini yang terjadi, seharusnya kita malu terhadap diri kita sendiri, itu justru memberi nilai buruk bagi individunya, dimana jika sudah terpampang nilai buruk di dalamnya, maka secara otomatis nilai estetisnya pun akan turut berkurang. Pancuran tujuh yang secara alami telah menawarkan bermacam fungsi ini, selayaknya dijaga dan dirawat dengan segenap rasa penuh tanggung jawab. Sungguh sangat saying jika maha karya tersebut sampai rusak hanya karena ketidakpedulian para individu yang ada. Sungguh sangat biadab bila individu ‘membuang’ nya setelah kurang menguntungkan bagi dirinya sendiri. Jarang bisa kita temukan keindahan dalam ketidakharmonisan yang luar biasa seperti ini. Berbagai macam warna alami bisa terlihat di sini, ketenangan yang bising juga terdengar di sini, serta keberagaman yang tak terbatas juga mampu terlukis di sini. Sudah selayaknya bahwa sesuatu yang indah itu diberikan suatu penghormatan tersendiri.